Suasana markas peradaban malam ini cukup
sepi dan hening. Ibarat ditinggalkan
persis oleh orang yang tepat, karena sibuk mencoba sesuatu yang lain di saat
bersamaan. Tentu saja memberikan peluang bagiku untuk menggali lebih
inspirasi yang biasanya terus tertunda. Tertunda akibat jeratan rutinitas.
Rutinitas kampus, organisasi, dan agenda lain yang sejatinya memang harus
diprioritaskan, ditujukan dengan harapan dapat menjadi tambahan amalan
kebaikan.
Memantapkan langkah dengan membuka
pintu kamar, sejenak aku pun berimajinasi. Di tengah keheningan seperti ini,
pikiranku seketika pecah berhamburan ke segala arah. Liar. Seperti sosok
singa yang baru lepas dari penjara, ambisius berlari kesana kemari demi mencari
mangsa. Lepas sejenak dari penjara prosedural yang memegang kuat prinsip kiri—yang
awalnya bertentangan dengan hati nurani.
Diiringi
dengan lagu akustik sederhana dalam playlist laptop—yang akhirnya kembali dalam
pelukan setelah sekian lama berpindah tangan, aku pun berusaha mencari sesuatu yang
sesungguhnya telah lama hilang. Hilang berbekas dengan meninggalkan sedikit
ampas. Seperti kenangan lama yang sudah lama bosan, namun masih saja dilputi
rasa penasaran. Dan sesuatu yang hilang itu adalah: kebiasaan.
Kita semua tahu, bahwa hidup pasti dikemas oleh
dinamika perubahan. Perubahan yang sejatinya harus disikapi secara brilian,
agar kita tak salah jalan. Termasuk di dalamnya kebiasaan. Sampai disini
akhirnya pikiranku melayang pada sejumlah kebiasaan yang lama aku tinggalkan. Yah
termasuk menulis di blog, serta berinteraksi disini dengan kawan-kawan.. *nangis
di pojokan*
Mungkin
kita semua pernah punya rasa seperti ini. Rasa dimana ada sebuah perbedaan yang
menembus waktu, dan saling bersinggungan oleh sebuah kebetulan. Perbedaan yang
memberikan dampak pada perjalanan hidup kita. Perbedaan ini terkadang
memunculkan kerinduan bagi kita, berharap bisa mengalami hal itu kembali. Utuh. Ga
hanya kebiasaan deh, persahabatan, lingkungan, sampai bahkan pada bahan bacaan,
mutlak mengalami perubahan.
Misal
aja dari yang sederhana, kebiasaan dan hal-hal yang menjadi sahabat kita dari
kecil, semakin lama semakin tidak ada. Mainan dan canda tawa dulu nikmat dilewati tanpa ada ketakutan. Kini semua akan berbeda
dan berubah, seiring bertambahnya usia manusia. Lalu, dari semua perubahan yang
dialami, pasti ada kenangan yang timbul, apakah itu manis, hambar, pahit, ataupun
penuh ampas—berharap (andai) dapat dirasakan kembali, suatu saat nanti.
Namun,
pertanyaan yang mungkin muncul adalah, kenapa harus berfokus pada kebiasaan?
Bukan lingkungan, persahabatan ataupun mungkin bahan bacaan? Ini dikarenakan,
kebiasaanlah yang sangat membekas dan memberikan pengaruh paling besar secara psikologis
dalam hidup, terutama pada diriku. Tak lain dan tak bukan, kebiasaan yang dimaksud
adalah yang diterapkan di markas peradaban, Orangedorm, dengan ditemani 31
penghuni lainnya, yang selanjutnya dijuluki Laskar Nakula. (Siapa mereka? tunggu
saja narasi tentang mereka selanjutnya yaa..)
Perbedaan dan perubahan, aku belajar menerima mereka satu paket. Paket yang membuat aku mengerti dan terus bertahan dalam mengarungi kehidupan. Perjalanan hidup ini mungkin tak sempurna, namun pembelajaran kitalah yang menyempurnakannya..
mantap ni , saya sangat menikmati artikelnya !!! terimakasih
BalasHapusini memang luar biasa , kata-katanya menyentuh !!!
BalasHapus