Senin, 15 Maret 2010

Fatamorgana Kehidupanku (bagian 2)

Kulupakan semua hal ini dan berharap kejadian ini tak kan terulang. Cepat2 aku sarapan seadanya dan berangkat ke sekolah dengan nafas terengah-engah. Pagar sekolah hampir ditutup. Kumohon kepada pak Satpam agar membiarkan ku masuk dengan leluasa. Untung saja, masih sempat. Dari kejauhan, sudah banyak teman2ku yang berkerumun di sekeliling lapangan apel untuk mengikuti apel pagi. 
Yah, di sekolahku memang selalu diadakan apel. Jujur, dilubuk hati yang paling dalam, aku tidak suka apel. Sangat membosankan. Mendingan langsung ke kelas dan mempersiapkan pelajaran yang akan dimulai, daripada harus menunggu perhatian apel yang terkadang sudah lama ku ketahui. belum lagi kalau kelasku mendapat giliran menjadi petugas apel. Uuugh .. Pasti saya disuruh menjadi petugasnya karena selain saya menjadi ketua kelas, temen2 dikelasku tergolong para 'bandit' di sekolah. Sering dimaki2 guru, dihukum dan dipermalukan di sekolah. Sbenarnya aku santai2 saja melihat hal yang seperti itu, tetapi jika masalah itu dikait2kan dengan nama kelasku, aku tidak terima.  Perih rasanya kalau aku ( yang termasuk dalam kelasnya para bandit ) juga diikutkan dalam suatu masalah padahal kenyataannya aku tidak pernah terlibat. Sampai2  aku pernah menangis tatkala berpikir kenapa aku harus menjalani kehidupan penuh liku seperti ini. Tapi aku akhirnya yakin jalan yang diberikan Tuhan adalah jalan terbaik, dan harus dijalankan dengan penuh keikhlasan.

Jam menunjukan pukul 08.00 dan itu artinya apel pagi selesai dan kegiatan belajar-mengajar dimulai seperti biasanya. Aku bersama temen2ku sekelas, (walaupun aku terkadang kurang akrab dengan mereka) menuju Laboratorium Bahasa tempat Bahasa Jerman diajarkan. Bahasa Jerman adalah salah sartu pelajaran favoritku di sekolah selain Ekonomi dan Bahasa Inggris. Dengan bahasa ini juga akhirnya aku diberi kesempatan untuk kursus bahasa Jerman di Frankfurt saat musim dingin kemarin. Benar2 pengalaman yang tak pernah kulupakan. Bersama temen2 dari 7 negara lain aku bersenang2 disana yang belum pernah kurasakan sebelumya di Indonesia. Mudah2an ini memotivasi temen2ku disekolah agar belajar dan memfokuskan diri pada suatu harapan, agar harapan itu dapat tercapai dengan mudah.

Suasana kelas (seperti biasa) riuh. Temen2ku asyik melakukan kegiatannya masing2, termasuk aku. Kuperhatikan keadaan kelas dengan seksama, apa yang berbeda. Ya, dugaanku benar, Belum semua teman2ku masuk kelas. Aku yakin yang lain sedang diluar bersama 'familinya' sedang asyik bercengkrama. Aku masih harus banyak beradaptasi dengan keadaan ini. Ku biarkan waktu terus berlalu tanpa ku ambil pusing.
Guruku akhirnya masuk. Sejenak suasana hening, tak bersuara, bagaikan ada sesuatu yang mencekam di antara kami. Kuperhatikan sekeliling. Sangat berbeda dengan keadaan sebelumnya. Kusiapkan kelasku, berdo'a dan mengucapkan salam.

"Guten Morgen alle", kata guruku penuh semangat. 'Guten Morgen adalah bahasa Jermannya 'Selamat Pagi'.
"Guten Morgen, Herr", sambut temen2ku tak kalah semangatnya.
"So, jetzt lernen wir ueber Praeteritum und Partizip Perfekt. Buka halaman 35", lanjut guruku. Ya, guruku paham  tak semuanya begitu paham tentang bahasa jerman. Aku juga mengerti akan hal ini. Namun, jika aku berada di kelas Intensiv, situasinya berbeda. Pembahasan bahasanya lebih diperluas dan difokuskan. Aku pikir lebih baik seperti itu .. belum baca bagian sebelumnya, klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca tulisan ini. Silahkan beri tanggapan dan masukan di kotak yang telah disediakan.

Semangat berbagi, sobat! :)